Selasa, 11 Oktober 2011

DEMO BURUH FREEPORT : AROGANSI VS AMUK DEMONSTRANS, 1 TEWAS

Mimika.

Ribuan karyawan PT Freeport Indonesia kembali menggelar demonstrasi di areal Tambang Tembagapura, Senin, 10 Oktober 2011. Tuntutan mereka masih sama dengan aksi digelar mulai 4 Juli dan 15 September 2011 lalu: kenaikan upah. Mereka juga ingin bertemu pihak manajemen, mengajukan perpanjangan unjuk rasa.

Pada aksi pagi hari itu, turut bergabung juga ratusan demonstran yang berasal dari tujuh suku di sekitar areal pertambangan perusahaan Amerika Serikat itu. Mereka menuntut bertemu CEO Freeport, memperjuangkan apa yang mereka sebut hak ulayat, hak warga asli Papua atas tanah itu. Massa melakukan long march ke Terminal Gorong-gorong. Namun, niat mereka memasuki terminal keberangkatan bus PT Freeport dihalangi aparat. Massa yang tak menyerah mendesak masuk.

Pada pukul 10.00 WIT bentrok pecah di depan terminal. Aparat keamanan menghalau barisan dengan mengeluarkan tembakan peringatan ke arah demonstran. Namun, peluru aparat justru melukai sejumlah orang. Satu di antaranya tewas. Versi karyawan, tembakan aparat keamanan menjadi pemicu rusuh.Demonstran yang marah pun membalas membakar tiga kontainer milik PT Freeport.

Salah seorang pengurus SPSI PT Freeport pimpinan Sudiro, Frans Wonmaly menjelaskan, rusuh bermula ketika ribuan karyawan yang sejak 15 September lalu menggelar aksi mogok kerja, hendak naik menuju areal tambang di Tembagapura melalui terminal Gorong-gorong. Namun, pihak manajemen Freeport dibantu aparat kepolisian menghadang. "Karyawan yang hendak naik ini, adalah pemilik ulayat areal tambang. Tujuan naik untuk menutup Freeport karena hingga saat ini manajemen tidak mau berunding. Lantas, saat menuju terminal bus Freeport, mereka dihadang dan kemudian ditembaki aparat," ujarnya.

Empat karyawan tertembak, dan segera dilarikan ke rumah sakit. Namun, setengah jam kemudian nyawa salah satu karyawan bernama Piter Ayami Seba tidak tertolong. "Ia tewas akibat tembakan di bagian dada," ujarnya. Sementara, juru Bicara SPSI Freeport pimpinan Sudiro, Juli Parongrongan mengaku tak tahu motif penembakan oleh aparat keamanan ke arah rekan-rekannya. "Kami tidak memprovokasi, tapi tiba-tiba manajemen mengerahkan polisi yang mengeluarkan tembakan, dan sejumlah rekan kami kemudian tersungkur," kata Juli. Jenazah Piter, karyawan bagian catering Freeport yang tewas itu diarak sepanjang 3 kilometer menuju kantor DPRD Mimika. “Sebagai bukti arogansi Freeport,’’ ujarnya.

Amuk demonstran

Juru Bicara Polda Papua, Kombes Wachyono mengatakan, bentrok terjadi dipicu ulah pendemo yang mengamuk dan membakar tiga mobil milik Freeport yang diparkir di lokasi. "Selain membakar kendaraan, para pendemo juga melempari polisi yang saat itu melakukan tugas pengamanan. Akibatnya, tujuh anggota polisi terkena lemparan batu," ungkapnya. Karena massa sudah tak terkendali, polisi kemudian mengeluarkan tembakan peringatan, tapi juga tak diindahkan, sehingga mengeluarkan tembakan melumpuhkan. "Ada dua dari pendemo yang terkena tembakan," ucapnya.

Sementara, juru bicara PT Freeport Indonesia, Ramdani Sirait mengatakan, penembakan berawal dari adanya sejumlah karyawan yang berdemo dari sekretariat Serikat Pekerja PT Freeport di Timika menuju terminal Gorong-gorong. "Mereka bermaksud mengganggu keberangkatan karyawan lain yang akan bekerja," kata dia dalam surat elektronik.

Kelompok itu berusaha masuk ke terminal, namun tidak diperbolehkan oleh polisi. Pihak keamanan dan polisi langsung memblokir akses, namun demo malah semakin agresif dan brutal, sehingga petugas mengeluarkan senjata. "Insiden tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dan beberapa karyawan dan petugas kepolisian cedera," katanya. "Semua sedang dirawat di klinik dan rumah sakit setempat."

Freeport mengatakan akan menindak tegas karyawan yang memicu bentrok. “Para individu yang bertanggung jawab atas tindakan agresif yang ilegal ini harus bertanggung jawab atas tindakan mereka,” Ramdani menambahkan. Satu polisi kritis, wartawan dianiaya Juru Bicara Polda Papua, Kombes Wachyono meralat pernyataan yang diberikannya pada Senin malam bahwa salah seorang anggota polisi tewas dalam aksi massa itu.

Seperti diberitakan Senin kemarin, Brimob Briptu Jamil tewas, setelah dikeroyok para karyawan Freeport yang melakukan aksi demo di Gorong-gorong Timika Papua. ‘’Saya sudah memarahi anggota di lapangan yang memberikan informasi, Briptu Jamil tewas akibat dikeroyok. Ternyata info itu salah. Dia masih hidup namun kondisinya kritis akibat lukanya cukup parah. Saat ini masih dirawat di rumah Sakit Timika,’’ ujar Wachyono melalui telepon selulernya, Selasa 11 Oktober.

Pada Senin petang kemarin, Wachyono mengatakan Briptu Jamil dikeroyok saat mengamankan jalannya aksi demo ribuan karyawan Freeport, yang sudah menggelar aksi mogok kerja sejak 15 September lalu. ‘’Ia tiba-tiba dikeroyok, lalu dibuang ke sungai di sekitar lokasi tepat dibawah tjembatan terminal Freeport, dan baru ditemukan beberapa saaat kemudian,’’ ujarnya. Saat ini, perawatan secara intesif masih dilakukan terhadap Briptu Jamil. ‘’Saya minta maaf, telah memberikan informasi yang salah,’’ dia menambahkan. Briptu Jamil, adalah anggota Resmob Satuan Por 2 Den D Brimob Mabes Polri. Para wartawan yang sedang melakukan tugas jurnalistik juga ikut mengalami kekerasan.

Dua jurnalis, dari Cahaya Papua, Duma Tato Sanda dan wartawan Radar Timika, Syahrul babak belur dianiaya para pekerja yang demo. Kamera, telepon genggam, juga sepeda motor mereka dirampas. “Mereka tiba-tiba memukul saya, juga menarik paksa kamera, kemudian motor dirampas,” kata Duma. Pemukulan terjadi ketika mereka meliput pembakaran tiga buah truk milik Freeport.

Pekerja mengamuk setelah tersiar kabar seorang rekannya meninggal tertembak saat unjuk rasa berlangsung. “Saya sudah bilang saya wartawan, tapi mereka terus memukul, saya lari tapi masih dilempari dengan batu, untung ada orang yang datang menyelamatkan pakai motor, kalau tidak saya bisa mati karena dipukul banyak orang,” kata dia. Duma yang dipukul nyaris pingsan. Ia menyesal berada dalam situasi buruk tersebut. “Dalam pelarian itu saya dibuntuti sekitar sepuluh orang. Sandal yang saya pakai terlepas. Beberapa dari mereka melempar saya dengan batu,” ujarnya.

Duma mendapat luka disekujur tubuh. Ia mengenali ciri-ciri pelaku yang memukulnya, bertubuh besar dan berambut ikal. “Saat visum, ditemukan memar dan pembengkakan di tulang pipi, luka di bibir atas, lidah terluka, pembengkakan dan memar di punggung kanan, pinggang kiri dan dada kanan. Ditemukan juga luka di tiga jari kaki kanan,” dia menguraikan. Ia berharap pelaku diproses hukum, dan barangnya dikembalikan. “Saya tak terima pemukulan ini, mereka karyawan harus dihukum, saya sudah laporkan ini ke polisi.”

Dimintai tanggapan, juru bicara serikat pekerja, Julius Parorongan menandaskan akan memanggil karyawan yang berbuat ulah. “Saya akan cek, ini memang keterlaluan. Saya tak sangka pekerja bisa se-anarkis ini. Usai ada yang ditembak tadi, karyawan memang mulai susah diatur,” ujarnya. (np) *Artikel ini dilengkapi pada Selasa 11 Oktober 2011 untuk mengkoreksi pernyataan Polda Papua sebelumnya yang menyebutkan seorang anggota Brimob tewas.

0 komentar:

Posting Komentar